Kampanye Politik Lebih Produktif Dengan Online Entrepreneurship

Sempat di ILC TV One, ada pernyataan dari salah satu buzzer dari bohir politik yang mengaku bahwa ada bayaran dengan jumlah milyaran untuk menjadi buzzer politik demi pemenangan suatu calon. Nilainya cukup fantastis!

Nilai tersebut sangat masuk akal, karena cara kerja mereka melibatkan teknis dan juga resiko. Sehingga mereka harus spare money untuk jasa pengacara dengan nilai ratusan juta rupiah. Namun, apa hasilnya dari kegiatan seperti ini untuk masyarakat Indonesia?

Uang setan dimakan jin, dan kini di lahap oleh para tuyul sosmed

Kita dapat lihat bahwa, para politikus yang dananya berasal dari hasil korupsi, mereka akan ketakutan dan mencari jalan pintas. Ini merupakan salah satu motivasi dari pemakaian buzzer yang kerap memakai akun anonim untuk sebar hoax, propaganda, kamuflase, dan provokasi.

Ciri buzzer parpol yang tergolong "hitam" tersebut, mereka biasanya melakukan puja-puji terhadap yang membayar mereka, namun di iringi dengan "penjatuhan karakter" calon lawan. Ini disebut sebagai katrol, atau istilahnya "cara katrok".

Sedangkan parpol yang mendapatkan dana kampanye tidak dari hasil korupsi, tentunya akan berpikir kreatif dan membangun. Mereka akan menyelenggarakan komunitas usaha dan kebermanfaatan lainnya untuk menjaring kader dan mendapatkan suara lebih banyak.

Contohnya saat pilkada DKI kemarin, buzzer hoax terpukul mundur dan kalah. Sedangkan calon lainnya yang menyemangati entrepreneurship menjadi pemenang pilkada.

Hasil dari Hoax

Hasil dari kampanye politik di sosial media dengan menggunakan buzzer, saat ini adalah Anomaly in Everything. Artinya, para pejabat pemerintahan juga telah terkena pengaruh hoax. Masyarakat dibenturkan satu sama lain, dan menyuarakan pendapat dapat dianggap sebagai Hate Speech dan ditangkap aparat. Tentu ini tidak produktif, dan akibatnya, negara kita akan perlu berhutang terus menerus dan ini adalah penjajahan.

Rupanya, negara asing tidak perlu menyerang Indonesia melalui perang cyber atau perang opini atau istilah teknisnya : perang asimetris. Bohir politik telah 'berjasa' pada pihak asing walau tanpa diminta. Mereka berhasil memecah belah masyarakat Indonesia.

Lantas, upaya apa yang dapat dilakukan oleh para politikus untuk dapat merubah hal ini? 

Banyak cara yang dapat dilakukan, namun kita harus memahami kondisi sosial media di Indonesia. Selama ini, sosial media seperti Twitter, Facebook, Instagram dan Youtube, sering digunakan untuk hal tersebut.

Otomatis, kita harus alihkan perhatian dari para pengguna Internet di Indonesia dengan hal lain yang positif dan lebih produktif. Ini bisa dengan membangkitkan online entrepreneurship yang dapat menurunkan hoax hingga ketitik nadir.

Hanya dengan pengalihan perhatian yang dapat mendatangkan manfaat bagi para pengguna internet, maka hoax dapat menurun. Ini memerlukan rencana dan strategi untuk implementasinya, tidak bisa dilakukan tanpa itu. Jika dilakukan tanpa pemahaman, rencana dan strategi maka justru gerakan online entrepreneurship tersebut akan kandas. Dan sudah beberapa kali gerakan seperti ini kandas di tengah jalan, Apa sebabnya ?

Memperbaiki Program Online Entrepeneurship Yang Gagal

Pertama, kita harus pahami dulu bahwa online entrepreneur membutuhkan website sebagai dasar. Selanjutnya, marketplace atau direktori sebagai sarana promosi dan pemasaran. Ini memerlukan sebuah inkubator, dan sebetulnya program OK OCE dapat menjadi sponsor untuk hal ini.

Dengan 5000 website toko online dari para peserta OK OCE, kemudian di hubungkan pada sebuah web inkubator seperti marketplace dan direktori, maka ini akan menguntungkan semua pihak. Berikut keuntungan program OK OCE Goes Online ini :
  • 5000 Bisnis UKM memiliki website untuk pemasaran produk dan menerima pesanan pembelian.
  • Jika setiap website UKM tersebut mendapat 1000 kunjungan tiap bulan, maka akan ada total 5.000.000 pengunjung tiap bulan ke seluruh website tersebut, dan di website tersebut dapat dipasang logo OK OCE yang bisa di klik ke website direktori OK OCE dan marketplace OK OCE. Selama 1 tahun, akan ada 60 juta pengunjung yang melihat logo OK OCE dan ini akan memberikan kekuatan branding.
  • Masyarakat lebih tertartik untuk isu manfaat ekonomi dari OK OCE setelah para peserta memberikan testimoni program ini dan menyebarnya pada sosial media secara terus menerus.
  • Hoax berkurang drastis, pemerintah dapat lebih mudah bekerja, aparat hukum dapat menangkapi para penjahat yang sebenarnya, demokrasi dan persatuan dapat lebih terjaga.

Biaya Program Online Entrepreneurship v.s Kampanye Buzzer Online

Bohir politik mengeluarkan dana 12 Milyar hanya untuk membakar uang mereka pada kegiatan yang tidak dapat mereka awasi, akhirnya hoax marak dan anomali ekonomi serta benturan masyarakat terjadi.

Jika 1 website membutuhkan Rp. 2.5jt , maka membutuhkan biaya yang kurang lebih sama. Tapi, ini akan menguntungkan semua pihak. Dan biaya ini dapat ditambahi dengan operasional untuk training di setiap kota, terutama kota yang sedang ada pemilihan calon kepala daerah.

Setiap acara pelatihan, dapat di iringi dengan orasi politik yang menyampaikan visi dan misi partai atau calon kepala daerah. Dan ini akan di tindak lanjuti dengan pembuatan website untuk para peserta, yang kemudian akan mereka sebar melalui sosial media.

Para peserta mendapatkan hasil, barang dibeli, dapat sisa hasil usaha. Selanjutnya, testimoni dari program ini di tampung, dan di sebarkan ke seluruh saluran digital.

Kemudian, bagi mereka yang dalam 2 bulan belum menghasilkan penjualan, akan diberikan pendampingan dan diberikan konsultasi lanjutan melalui online atau program lainnya.

Indonesia membutuhkan 1 juta entrepreneur jika ingin rubah jadi negara penghutang ke negara yang lebih berdaulat secara ekonomi. Setidaknya, dengan 10.000 entrepreneur di 2 - 5 tahun kedepan, sudah cukup bagus.

Jika tidak dimulai dari sekarang, tentu akan semakin lambat percepatan perbaikan ekonomi dan perbaikan kesenjangan sosial. Oleh karena itu, segeralah dari sekarang rubah cara kampanye politik anda.

Komentar